Anak Sekolah dan Tahun-tahun Yang Terampas


Kisah parenting selama pandemi.

Karena wilayah ibukota dan sekitarnya sudah turun level PPKM-nya, maka awal tahun ini kita seakan-akan kembali hidup normal dengan "baju" prokes.

Sekolah mulai full masuk berdasar keputusan 4 menteri. Full disini sekitar 50%-100% tergantung kebijakan sekolah. Belum saklek wajib 100%.

Ortu yang baru libur langsung anaknya masuk setiap hari 6 jam pada ketar-ketir karena kebayang kan gimana prokes-nya kalau satu kelas isi 20-an siswa. 

Dan jangan terlalu berharap tinggi kalau anak-anak atau remaja bisa ketat prokes 😅. Lha orang tua saja ketemu sesama langsung hahahihi lepas masker sejenak saat we-fie? Hehe...

*Ehm. Kecuali ada satgas galak bertampang sangar yang langsung usir-usir atau bawel..😆*

Sekolah ada yang pakai gigi satu dulu masuknya 50% dan hybrid. Tapi ada yang langsung gigi 5 : 100% pokoknya masuk semua! Biasanya sekolah negeri.

Memang buah simalakama sebetulnya. Anak murid akan aman dengan sekolah online, tapi itu dengan bayaran cukup mahal, yaitu sangat berdampak besar pada perkembangan psikis mental. Entah itu cabin fever, stress karena target kurikulum sekolah, terbatasi pergaulan, kecanduan internet, malas belajar, dsb. Sebab yang namanya pendidikan yang dihasilkan dari interaksi langsung dan konsekuensi logis di lapangan tidak bisa digantikan.

Sebuah sekolah elite tertua Jakarta awalnya sempat hybrid 50% online-offline. Ternyata nggak efektif karena yang online ketinggalan dan target kurikulum nggak terkejar. Akhirnya masuk 100%. Eh belum berapa lama sekolah ditutup karena ada yang kena Covid. Online lagi, deh.

Ya baru sebentar diberlakukan, di beberapa SMU Negeri mulai ada kasus-kasus penularan dan akhirnya online lagi. Tapi masih belum terdengar kabar apakah ada keharusan hybrid atau online lagi. Semua orang masih deg-deg-an.😕

Sepertinya banyak pihak menunggu, mengetes, mencoba-coba, kalau ada api baru buru-buru menarik diri. 

Berdoa saja semoga jadi bagian yang jauh dari api. 

Memang dua tahun ini nggak adil buat semua orang tapi terutama bagi anak-anak sekolah

Mereka kehilangan hampir dua tahun kehidupan sekolah normal. Saya membayangkan dulu saat sekolah, dua tahun saja rasanya lama banget 😂, tapi sangat memorable. 😍 Ngobrol di kantin, janjian saat pulang sekolah, lempar-lemparan kertas #eh. Satu bentuk kehidupan sosial manusia muda, yang hilang terampas oleh kondisi pandemi.

Setelah dewasa, yah.. dua tahun rasanya secepat tiupan angin. 😑



Gw sendiri pernah menyaksikan bagaimana seorang guru tetap mengajar di dalam kelas di masa pandemi, secara online. Dia duduk di meja guru dengan laptop sembari berbicara dengan lantang.   Sesekali dia berdoa panjang dengan suara yang merdu. Di hadapannya terbentang kursi-kursi kosong melompong, seperti mengajar murid-murid yang tak nampak. Pemandangan amat menyedihkan, sulit terlupa.

Dari global warming hingga pandemi yang berkepanjangan.  Anak-anak tidak seharusnya menjadi korban perilaku manusia dewasa. Rasanya minta maaf saja tidak akan pernah cukup.

Melihat peningkatan kasus karena Omicron,  gw menduga dalam seminggu dua minggu ini akan ada pengumuman kenaikan level lagi. Anak-anak sekolah mungkin akan kembali bersekolah di rumah, atau masuk bergantian. Setidaknya, mereka sempat sedikit mencicipi rasanya kembali ke sekolah. 😐

Apa perasaan mereka saat harus dirumahkan lagi?🙄 

Mungkin ada yang sedih. 😢

Mungkin ada yang malah senang karena sudah kadung terbiasa sekolah didepan layar. 🤩

Mungkin ada yang sampai merasa itulah kebebasan sebenarnya, karena bisa pergi jalan-jalan keluar kota sambil tetap sekolah!🤪

Bagaimana kondisi di tempatmu? Kamu punya kenangan apa di jaman kamu sekolah normal?


Gambar : pixabay.com

2 komentar:

  1. Aku berharap ga lagi deh kita ngerasain begini 🤧. Inget banget aku tipe yg ga sabaran soalnya mba, apalagi dalam ngajarin siapapun. Jadi kalo sampe ga paham walo udh di jelasin 3x, dipastikan aku emosi

    Makanya masa2 belajar dari rumah itu kayak neraka buat ku , juga buat anak2.

    Iya yaa mba, perasaan dulu zaman sekolah 1 THN aja berasa lamaaaa. Skr mah udh kayak lari. Laah tau2 usia udah segini 😅

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berharap nggak ngerasain lagi, kalau sama murid bisa sabar sama anak sendiri belum tentu...karena ada emosi yang terlibat kan...wajar..

      Ya time flies...

      Hapus

Diberdayakan oleh Blogger.