Ganti Baju di Kolam Renang


Sebuah ilustrasi....

"Malu, ma. Malu." protes seorang anak, badannya sudah cukup besar. Mungkin sekitar 7-8 tahun.

Dia adalah satu dari dua orang anak perempuan yang ditelanjangi  oleh ibunya di shower luar kolam renang (biasanya ada untuk transisi saja saat akan nyemplung ke kolam renang).

"Ngapain malu. Seusia kamu dulu mama nggak malu!" omel si ibu sambil terus menyabuni dua anaknya di shower tersebut.

Ayahnya, bertopi necis, hanya duduk di tempat duduk pinggir kolam renang, menganggap itu adegan sangat biasa. Gw melihat berapa pasang mata menatap risi ke tubuh anak-anak perempuannya yang sudah lumayan besar. Beberapa telinga ogah-ogahan terpaksa mendengar secarik sejarah masa kecil si ibu di kolam renang (why should I hear this).😫

Soal ganti baju jadi masalah anak perempuan sajakah?

Di waktu lain, aktornya berganti. 

Dua anak laki-laki usia sama dibantu oleh seorang baby sitter yang tampak berpeluh, harus mandi di shower luar tanpa baju. Mereka mandi bugil tanpa rasa segan di bawah pandangan berbagai mata manusia besar dan kecil, kecuali ayahnya yang berpakaian lengkap tapi sibuk dengan gadget.

Padahal kemarin baru saja heboh kasus pedophilia berikut foto-foto anak telanjang di dunia maya. Ironisnya saat ada anak-anak yang merasa nggak nyaman telanjang di muka umum, akhirnya di bully sama ortu sendiri. 

Penonton jadi bingung.



Drama di kamar ganti beda lagi. 

Kadang ada emak-emak yang bawa-bawa anak laki-laki kecil hingga 12 tahun masuk ke kamar ganti wanita. Padahal kalau anaknya sudah terlalu besar, cewek-cewek pemakai kamar ganti rasanya risih banget. Nggak bebas karena ada mata anak laki-laki yang jelalatan. Apalagi kalau model yang suka jail main ngintip-ngintip. Mau negur, galakan emaknya daripada para cewek-cewek pengguna ruang ganti.😖

Gw ingat kasus di sebuah kolam renang, seorang remaja laki dilecehkan oleh seorang oknum diduga gay. Ayahnya tidak terima, melapor ke satpam dan menyebarkan identitas si culprit ke medsos. Mungkin itu yang membuat orang tua yang memiliki anak laki-laki ketar ketir. Sehingga apapun yang terjadi, usia berapapun pokoknya anak harus ikut ganti baju di ruang ganti wanita dengan ibunya! 

Kalau kemana-mana bahkan ke WC ikut ibu...kemungkinannya cuma dua : jadi cepat "dewasa" atau jadi bingung sebetulnya gw ini cewek atau cowok..

Berenang di negeri Wakanda, sering begitu tumpah ruah dan semrawut.

Gw nggak bisa membayangkan bagaimana di luar sana dengan trend gender fluid. 

Yang gw baca terakhir, sebuah sekolah sampai ditutup karena ada kasus saat seorang anak transgender laki-laki memakai kamar mandi perempuan sebab takut di bully di kamar mandi laki-laki. Bahkan ada politisi yang mengusulkan wacana agar kamar mandi umum boleh dimasuki laki dan perempuan!

Pusing? Nah. Mari minum parasetamol...


Ada beberapa solusi di lapangan soal survive dari hutan rimba kolam renang Indonesia :

1. Berenang di kolam renang khusus perempuan (bagi perempuan dan anak perempuan)

Kalau ini, sih, jelas perempuan asli yang boleh masuk (kecuali mau ditendang pantatnya keluar). Banyak yang mencibir solusi ini karena dianggap gimanaaaa gitu. Tapi bagi orang yang sudah melihat sendiri gimana chaosnya kondisi kamar ganti di kolam renang seperti gw, ini sebenernya lumayan solutif.

Sayangnya, jumlah kolam renang khusus seperti ini terbatas dan ini baru solusi buat anak perempuan.

2. Anak ditemani orang tua masing-masing gender

Yang perlu di colek adalah Bapak. Karena anak serba tanggung yang sering jadi slonong boy di kamar ganti perempuan cuma datang bersama rombongan perempuan.  Atau seperti kasus diatas, bapaknya ada  tapi kayak emoh gitu mandiin anak di kamar mandi pria. Mungkin dianggap mandiin anak tugas perempuan kali, ya. 😤

Bila suami model beginian terpaksalah emak-emak..

3. Nungguin sambil pasang muka sangar di dekat kamar mandi tempat anak ganti baju 😡

Dari jarak aman tentunya, daripada disangka orang mesum mau ngintipin lawan jenis. 😂Yang penting orang-orang yang masuk tahu ada induk macan yang siap mencakar bila anaknya diapa-apain. Perang urat syaraflah.

Ini juga berlaku bila bapak yang nemenin anak perempuan. Cuma kalau cowok rada jauhanlah posisinya. Lebih sensitip.

4. Hubungi otoritas kolam renang, bila ada kejadian tidak pantas agar ditegur

Ini lebih manjur daripada negur langsung. Karena sekali lagi di negara ini biasanya galakan yang salah. 😂

5. Ajarkan anak untuk mandi sendiri, membela diri, dan menjaga pandangan

Sebetulnya chaos di kolam renang adalah medan praktek anak buat belajar. Di training agar bisa mandi sendiri, membela diri bila ada orang yang menyentuh, serta menjaga pandangan.

Contoh, bila ada yang nekad bugil di hadapan, segera menyingkir atau membuang muka. Harus ngerti kenapa ada bagian tubuh orang lain (dan diri sendiri) yang sifatnya sangat pribadi. Kalau masih terlalu kecil, cukup ditemani dan di alihkan matanya saat ada Crayon Shinchan menari pat pat lewat. 😆

Lumayan membebaskan dari pertanyaan-pertanyaan kayak, 

" Kakak itu punya apaan, tuh.." 

atau 

"Kok, dia nggak punya...?"

DZIEGG!

💁💁💁

Apakah pernah mengalami chaos serupa?

6 komentar:

  1. Anakku blm pernah kuajak berenang (keduanya laki2). Tp td di rumah sodara, yg besar kuhalang2i waktu mau nerobos masuk ke kamar mandi. Krn sepupunya yg sama2 masih balita, lg mandi di dalam. Aku bilang: “Eh kakaknya masih mandi, blm pake baju. Jangan dilihat, malu lhoo!”

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya mbak Tyke, memang bagusnya diajarin begitu dari kecil...

      Hapus
  2. Udah beda Zaman,

    dulu aku kelas 3 SD sekitar umur 8 tahun kayaknya. pulang mandi dari kali telanjang di sepanjang jalan ngak ada rasa malu.

    Kalau sekarang mungkin ngak cuma malu tapi juga bisa bahaya juga ya apalagi kalau wanita, harus benar benar dijaga di Jaman Now sekarang ini, karena meningkatnya tingkat kriminalitas yang tidak memandang umur.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jaman sekarang pedofilia semakin banyak, mungkin karena akses informasi dan dunia internet menunjang untuk saling sharing perilaku nggak bener kali ya

      Hapus
  3. Anonim20.45

    Hati2 anak2 harus benar2 dijaga, harus diajarkan juga jangan percaya sama orang asing.

    Saya pernah ada kejadian aneh dulu di kolam renang, saya waktu itu SMP kelas 1, saya les renang private, di antar jemput oleh ayah, tapi saat itu ayah telat.

    Jaman itu kolam renang sepi sekali, setelah saya selesai kursus renang, si pelatih pindah ke kolam lain untuk mengajarkan anak lainnya, saya duduk dulu di bangku sambil minum.

    Ada nenek2 (nenek salah satu murid les) yang mengajak ngobrol saya, akhirnya dia membujuk saya agar mau dia mandikan, walaupun saat itu saya masih bocah, tapi yang ada di pikiran saya, ini nenek2 ngga waras.

    Saya menolak, dia terus memaksa berkali2 dan saya juga menolak berkali2. Salahnya saya, akhirnya entah kenapa saya terbujuk, dia memandikan saya di kamar mandi pria, tidak ada yang menjaga, tidak ada orang lain di kamar mandi itu. Dia sepertinya pedofil, dia memainkan dan mengomentari penis saya, bulu yang mulai tumbuh, dan bahasa2 kotor lainnya.

    Pulangnya saya ceritakan ke orangtua, saya malah dimarahi, katanya saya berbohong, tidak mungkin nenek itu berbuat seperti itu. Mereka mengira ini hanya akal akalan saya karena malas belajar renang. Dan saya tidak mau pergi lagi les renang, trauma...

    Dan pernah juga saya dilecehkan oleh wali kelas SMP kelas 2, dia wanita umur 50an tidak menikah, saya tahun sebelumnya saya tidak naik kelas, dan tahun berikutnya juga terancam tidak naik lagi, dia menjanjikan akan menaikan saya asal mau memenuhi hasratnya. Saat tidak naik kelas, saya di pukuli oleh ayah dan di tenggelamkan di bak mandi, jadi saya takut sekali kalau tidak naik lagi, dan saya akhirnya melayani wali kelas itu. Setelahnya saya tidak membicarakan hal ini ke orang tua, karena percuma, mereka juga tidak akan percaya.

    Itulah derita anak tahun 80an, dimana orangtua masih ringan tangan, dan pendidikan masih rendah.

    Jaman sekarang sudah enak, banyak yayasan perlindungan anak, kepolisian juga sudah bagus, orang2 sakit jiwa hanya sedikit sekarang, dulu bertebaran dimana2.

    Tapi itu jadi pelajaran, sekarang saya menjaga anak2 saya dengan ketat, dan kalau misalnya anak saya mengalami pelecehan seksual, akan saya pastikan pelakunya dipenjara.

    (Riki)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Speechless...hanya bisa bilang terima kasih atas sharingnya, pasti bisa jadi pelajaran buat semua. Semoga mas Riki bisa lepas dari trauma masa lalu, sehat keluarganya, sukses, dan selalu dilimpahkan rejekinya. Amin.

      Hapus

Diberdayakan oleh Blogger.