Parenting vs Fans K-Pop

Ada seorang tokoh parenting yang dibully oleh fandom grup musik Korea gara-gara kadung emosi dan kurang riset informasi. Dan langsung di rame di serang oleh fansnya. Walaupun sudah minta maaf jalan terus.

Bila melihat cara fans yang notabene anak remaja, memang ngeri. Lepas dari apakah itu semua akun asli atau palsu, tapi bahasanya bikin semua parents mikir, ini bukan anak gw kan salah satunya yang ngomong. Sampai ada ortu, yang ikut misuh-misuh: kalau salah satu dari mereka anakku sudah aku jungkir-balikkan sampai otaknya turun dan berfungsi. Aw sadiz.

Sebagai seseorang yang pernah hanyut di dunia per-parentingan negeri Wakanda, gw ngerti concern utamanya apa. 

Baca : Ikut Aliran Parenting

Biasanya kalau grup cowok itu karena dandanan dan gestur tubuh yang dianggap ke-cewek-cewekan. Kalau grup cewek, tarian dan model pakaiannya yang bikin deg-deg-an, untuk ukuran budaya Timur!😅

Tapi disini gw juga harus obyektif. Pilihan kata, saat mengedepankan sebuah isu, apalagi di ruang publik itu penting banget. Nggak bisa tiba-tiba langsung pedas, karena pemirsa di medsos bukan parents doank. Melainkan ada remaja-remaja, yang mungkin  sakit hati dan nggak terima idolanya diserang. Apalagi di hari gini selalu ada golongan orang dewasa yang hobi bikin suasana panas makin panas.♨️ Kompor mbledug gitu.

Gimanapun ini contoh kasus nyata, orang harus taktis bila memang ingin sekaligus berdialog dengan remajanya (kalau yang ngamuk betulan remaja, lho, masa sih ada emak-emak penggemar juga ikut mengamankan posisi? 😁).

Remaja itu menghadapi hormonnya sendiri, yang sedang bergejolak berkali-lipat kali orang dewasa saja sudah susah. Umum kalau gampang sekali kepancing dan meledak.  Beberapa parents memilih jalan aman, ya diturutin saja. Kalau parents, masih mendingan,  paling kasihan kalau ada pihak yang memanfaatkan potensi dari massa K-Pop untuk kepentingan kelompok atau pribadi.

Di sisi lain banyak juga pegiat parenting yang merasa concern soal itu enggak salah. Niatnya kan ingin menyelamatkan anak-anak. Semacam kontrol sosial. Tapi bagaimana ya, rasanya di bully oleh anak-anak yang ingin  di lindungi mati-matian (jangan-jangan malah merasa tidak butuh)? 

Sampai bosan gw ingat cerita tentang generasi muda sekarang yang banyak alami BLAST (Bored, Lonely, Angry, Afraid, Stress, and Tired). Penyebabnya bisa sering sendirian di rumah, banyak PR, banyak les, dsb.  Ditambah orang dewasa yang suka sibuk sendiri atau emoh kalau berhadapan dengan konflik remaja, apalagi yang terjerat friksi dengan fandom. Menghindar. Malas konflik. Begitulah orang dewasa.  

Jujur, gw juga punya kecenderungan begitu (kalau menyangkut anak orang lain).  Paling hanya berusaha keras memahami, bahwa rata-rata remaja, yang jatuh ke jurang pemujaan, melakukan itu sebagai kompensasi atas sesuatu yang kurang dari hidup mereka di dunia nyata. Tapi mereka kan sudah dewasa, ya? Mulai harus belajar hidup dengan konsekuensi.

Sebetulnya pengin bilang,  let them be. Yang penting'kan udah dibilangin. Sisanya biarkan saja semua pihak belajar sendiri dari kehidupan. Walaupun pelajaran yang diberikan oleh hidup itu seringkali lebih pahit, Jendral.

Dari kasus seperti ini gw juga belajar, bagaimana kita sering lupa cara memposisikan diri saat ingin menyampaikan sebuah pesan. Bila di hadapan remaja, idealnya ya bicaralah seperti ada di dunia mereka. Kalau perlu lakukan riset secara mendalam karena sebuah perkara selalu ada sisi baik dan buruk. Media sosial bukan tempat ideal untuk protes soal ini, karena seringkali targetnya bicara ke pihak A tapi ternyata yang ribut pihak B karena merasa kesenggol. Cara berkomunikasi yang salah, apalagi narasinya membangkitkan emosi, malah akan membelokkan isu penting ke arah lain.

Gw juga concern tentang gimana ngerinya bullying online yang dilakukan oleh fandom. Dan bertanya-tanya apa yang menyebabkan seseorang bisa melakukan hal-hal buruk kepada orang lain, atas nama seseorang asing yang bahkan di dunia nyata saja tidak kenal.😅 Apa yang mendasari kemarahan terpendam sampai sedemikian rupa itu?

Rasanya gw nggak akan tahu semuanya.

Ya moga-moga saja itu hanya sebuah masa yang harus dilalui. Harapannya kekuatan massa K-Pop itu bisa untuk fokus ke hal yang lebih positif. Yang ditiru baik-baiknya saja bukan jeleknya. Mungkin, nggak?

Gambar : pixabay.com



12 komentar:

  1. Emak2 jg ada yg nyinyirin si ibu itu eh pas twitwar nya sedang berlangsung. Giliran si ibu udah minta maaf eh trs emak-emak yg td myinyir kok kayak diem aja nih? Moga2 pada malu jg ya dalam hatinya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh ada juga yg emak-emak ya? Suka banyak akun bodong juga soalnya.

      Hapus
    2. Nggak bodong mbak ini yg nyinyir. Beken jg kok orangnya di dunia maya.

      Hapus
    3. Jadi penasaran hahaha

      Hapus
  2. Aku sedih banget ngikuti kasus ini karena tidak ada penghormatan dari yg lebih muda, baik yg sudah ibu2 maupun yg masih anak2. Aku selalu tekannya ke anak2ku bahwa tidak ada orang yg sempurna. Sepandai apapun dia bisa salah tapi bukan berarti kita boleh berkata yg tidak pantas. Beragumentasilah dengan rendah hati. Soal fandom ini yg memprihatinkan nggak cuma anak2 tapi ibu2 juga, meski kebanyakan di drakor. Di facebook itu seringkali kebablasan tapi aku nggak mau nyinyir ataupun ikut campur krn ibu2pun bisa jadi groupie fanatik yg gampang tersinggung. Aku bukan anti lo ya, karena aku & anak2 juga nonton sebangsa produce 101 sampai 3 jam, dibelain streaming di hp yg layarnya cupet & menghargai perjuangan keras mereka untuk menjadi artis. Tapi ya nggak sampai dikit2 bilang “babang” ke foto cowok2 imut yg seumuran anak2ku. Itu nggak pantes sama sekali, tante. Meski atas nama hiburan suka2 aja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha iya kadang suka kebablasan juga lupa usia kalau sudah suka..

      Hapus
  3. Gak ada yg namanya pakar dalam hal parenting. Yg pakar ya adalah ortu masing masing anak karena tiap anak itu beda.
    Gak mungkin ada org yg bisa jadi pakar dalam hal parenting secara general untuk semua anak di dunia ini. 🙂

    On the other hand, fandom yg fanatik bisa serem tanggapan nya tp kalo dibilang fandom nya yg ngebully ya gak juga toh… Yg mulai siapa hayo… Ya yg mulai itu yg nge bully kan. Girl band nya yg di bully dalam hal ini. Hehe.

    Emang manusia bisa salah… Baik si “pakar” maupun si fandom, semua nya manusia kan. Jd ya mungkin emang sebaiknya gak ada yg disalahkan atau dibenarkan… Tp jd pembelajaran aja biar jangan sok tau dan sok pinter dan lbh berhati hati kalo ngomong…

    Just my two cents… 🙂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trimakasih opininya koh Arman.😀 Kedengarannya sebal ya sama yg menamakan diri pakar parenting^^

      Sebetulnya si ibuk nggak nyebut nama, nyebut girlband korea saja, itu juga berdasar share link dengan info dan gambar yang salah banget.

      Sampai disini sebetulnya masih sama-sama salah. Tapi kalau ada pihak yang minta maaf tapi masih lanjut di bully sepertinya ada yang nggak bener juga.

      Kalau gw sendiri terus terang nggak akan nyaman melihat anak remaja berperilaku begitu kepada orang yang lebih tua. Sama seperti kata mak Lus diatas. Semua orang pasti punya salah. Kalau koh Arman sendiri bagaimana?😀

      Hapus
    2. ya dalam hal ini dia gak perlu ngomong nama band nya tapi kan dia mengacu pada korean girl band yang diundang untuk perform di indo tgl 18 agustus, jadi ya udah jelas itu snsd kan ya..

      gua sih sama sekali bukan penggemar kpop jadi bukan fan nya snsd yang ngebelain juga… 😛

      gua tentunya juga gak suka sama anak muda yang ngomong gak sopan ke orang yang lebih tua. tapi juga juga sama gak sukanya dengan orang tua yang ngomong gak sopan ke orang yang lebih muda. 🙂 menurut gua, sopan santun itu gak mengenal usia, harus diterapkan pada semua orang tanpa memandang usianya.

      anyway, kalo ada rumah yang kebakar angus jadi item, yang salah apinya atau asapnya? gak ada asap kalo gak ada api kan? 😀

      PS. tentang kata ‘pakar’… ya semoga emang si ibu itu gak pernah menyebut dirinya sendiri pakar ya, karena jelas jelas dia bukan pakarnya. 😀

      Hapus
    3. Sopan santun sama anak muda...maksudnya sama para personal grup K-Pop-nya, koh Arman? Habis anak muda yang di sepet cuma mereka..😆

      Setuju sih soal sopan santun, itu gw tekanin juga diatas, cara berkomunikasi penting. Tinggal pada mau ambil hikmahnya apa nggak, bukan begitu? 😊

      Hapus
  4. Eh ini tentang kasus apaaa, Mba Seaaa? Kok aku ketinggalan yaa 😂 tapi kalau ngomongin soal fandom Kpop sih, hadeuhhh emang suka bikin elus-elus dada. Terus tentang parenting anak remaja, ini salah satu ketakutanku, Mbaa. Bukan takut, sih, lebih kayak deg-degan gitu lho. Semoga aku bisa mempersiapkan diri dengan baik menghadapi mereka nanti walau masih lama 😅

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha nggak ketinggalan.. ini tulisan lama mbaaak. Sekitar tahun 2017 an. Maklum baru mindahin artikel satu-satu.😖

      Semua orang deg-degan! Tapi kalau bonding sama anak dari kecil bagus moga-moga nggak terlalu 'meledak'. Ngomong sama remaja sudah nggak boleh kayak sama anak kecil lagi. Jadi kalau nggak dekat ya repot.😂

      Hapus

Diberdayakan oleh Blogger.