Pangeran Berkuda Putih


Kali ini kita ngomongin tentang White Horse Prince atau Pangeran Berkuda Putih. Kenapa kudanya musti putih, plis jangan tanya gw, (itu pertanyaan gw dari kecil yang belum terpecahkan). :))

Hampir semua orang, apalagi kita ciwi-ciwi tahu jargon itu, dong. Sering ada cerita-cerita dongeng jadul saat putri punya masalah, tiba-tiba tararatrara...muncul Pangeran Berkuda Putih. Dan putri pun terselamatkan. Cowok-cowok jangan mencibir dulu, ya.

Sekarang jangan coba-coba, deh, ceritakan dongeng ini kepada anak-anak modern, karena asupan dongengnya sudah "beda".😓

Banyak seleb Hollywood yang menolak menceritakan dongeng klasik ala-ala Cinderella, Snow White, dsb. Karena identik dengan pasif, nrimo, tergantung pertolongan pria, kecenderungan korban, dsb, padahal kata mereka, the world doesn't always work that way.

Apalagi sekarang sudah berhembus seruan persamaan hak kedua gender. Makin banyak saja cewek-cewek yang menghempaskan impian Pangeran Berkuda Putih ke laut!😅

Gw pernah jadi salah satu pelakunya dahulu.

Ceritanya suatu hari gw ingin sepedaan dan girang banget ada satu hari diantara sekian hari cuaca buruk.  Kebayang bisa sepedaan santai di sekitar taman.

Maka bikin janjian goweslah gw dengan kawan-kawan. Sayang, ketika tiba di tempat perjanjian, yang available ternyata kawan cowok semua. ðŸ˜Ŧ Kayaknya cewek-cewek masih ingin mager di kamar yang hangat.

Apa boleh buat. Sudah pinjam sepeda soalnya.

Di tengah jalan, gw mulai menyesali diri karena kemampuan fisik cowok>fisik cewek (plus baru mulai gowes lagi). Yang ada gw hampir semaput ngejar mereka yang bisa gowes kencang sambil ketawa-tiwi. ðŸĪŠ

Betul gw bukan Wonder Woman!

Lalu diantara peluh mikir-mikir, ini tujuan gw sepeda ngapain sih. Mau ngejar mereka atau menikmati suasana. Akhirnya gw kibarkan bendera putih.

"Guys, kalian duluan aja, ya. Gw mau selow aja.."

"Yakin lo?" leader dari genk the boys itu menyelidik.

"100%"

Gw acungkan jempol. Senyum selebar mungkin sambil ngatur nafas.

"OK kalau begitu. Come on, genks..." si leader kasih aba-aba dan mereka semua bergerak mendahului saya.

Setelah mereka berlalu, sambil bersenandung riang, gw mulai bersepeda santai dengan ritme sesuai kondisi fisik saat itu. Menikmati semilir angin musim itu. Menatap daun berguguran...sampai...

PLOP!

Seorang cowok, a new guy of the genk, yang terkenal seorang ladies man, tiba-tiba muncul disamping saya! ðŸ˜ą

"??Hiyaaa!! Kaget gue. Loh, ngapain lo disini, gih kejar yang lain!"😅😅

Nyaris jatuh dari sepeda, karena doi munculnya ngagetin kayak jelangkung.

"Nggak mau. Lo harus ada yang jagain, tar kalau ada apa-apa gimana?"

"....."

Gw bilangin berkali-kali, nggak apa-apalah, gue bisa jaga diri, endebre-endebre.

Tetap... dia nggak bergeming.

Perasaan gw berikutnya yang muncul adalah.... gemas☹. Karena dianggap lemah, nggak dipercaya, dan nggak berdaya. So terhina dina-lah (sori, say, itu sih perasaan cowok banget, ceplosan suami dari balik punggungðŸĪ­)

Akhirnya setelah mengerahkan berbagai jurus alasan, gw bisa meyakinkan doski. Dan pergilah dia seperti kelinci yang terusir...

Beda banget, ya perlakuan kawan gw, leader and the genks dan the new guy. Dengan perhitungan terukur, yang pertama akan melakukan hal yang serupa dengan sesama kawan cowoknya. Arti lain, selama bergaul dengannya dan genks, gw itu nggak dianggap cewek! ðŸ˜ģ *Gimana sih...padahal feminin begini ðŸ‘ ðŸ‘Ą #Saat sadar itu gw nggak tahu musti merasa senang atau sedih ðŸĪĢ😂

Dari kilas balik diatas, gw jadi mikir. Kalau misalnya, nih, cowok yang tiba-tiba muncul itu orang yang gw sukai, mungkin nggak perasaan-perasaan dongkol diatas muncul? Bagaimana kalau itu Nam Do San dan Han Ji Pyeong...

Mejeng dulu..

====

Cewek-cewek, di jaman modern ini kita kepingin dianggap sebagai apa, sih sama cowok-cowok?

Do we really need a White Horse Prince?

Lalu kenapa selalu ada pernyataan,

"Dasar cowok nggak peka!"

Saat pasangan tidak memenuhi harapan-harapan kita, ya?

Kalau lagi kompetisi olah raga badminton dengan suami, gw selalu bilang,

"Jangan pakai kasihan, pokoknya harus sungguh-sungguh. Biar seru.."

Percuma.

Kalau dia sudah kelihatan unggul dikit pasti nggak tega dan.... ngalah. Duh.

Begitu pula saat kita jadi pencinta alam, naik perahu, ngubek-ngubek gunung dan persawahan, dia pasti jadi orang pertama yang bantuin kalau gw nyungsep.

Bohong kalau gw nggak enjoy, dong, diperlakukan seperti Princess. Spoilt banget malah...sampai di satu titik bilang, ini kayaknya udah kelewatan deh 😑. Masa mau mancing saja udangnya harus dia yang kaitin di mata kail? ðŸĪĢ Beda tipis, ternyata antara merasa dilayani dan dianggap enggak kompeten 😂

Akhirnya kita bikin nota kesepakatan. Di titik tertentu, demi kemajuan diri kita masing-masing, harus "ngerem" insting. Ngerem ke-Princess-an gw, ngerem ke-Prince-an dia (nggak pakai kuda putih offkors. Hahaha..)

Tentu lain kasus, saat gw ketemu rekan atau kawan beda gender. Bisa ditendang dari kerjaan atau dihempaskan sekitar kalau insting Princess diterapkan. Katanya kesetaraan gender? Kenapa ditugasin ke medan perang malah mewek dan drama coba...?😭

Kesimpulan, apakah kita cewek-cewek, tetap butuh Pangeran Berkuda Putih?

Di beberapa kasus..why not? It's a privilege...apalagi bila dilakukan oleh our man. Mereka juga senang dan terhormat, kok bisa melakukan itu. It's in their blood. Hak dan keistimewaan spesial mereka juga...

Gue punya anak cewek, nih, gue ayahnya, nggak kepingin dia jadi anak manja. Apalagi sampai membayangkan Pangeran Berkuda Putih segala!

Dunia itu keras, man. Jadi nggak gue beda-bedain perlakuannya antara anak gue yang cowok dan cewek.

Kalau berpikiran begitu, iya bener secara logika kamu nggak salah, tapi sorry to say...itu.....logikanya kebalik.

Seorang ayah harus jadi Pangeran Berkuda Putih pertama dari anak-anak perempuannya. Her first love.

Kalau nggak, niscaya suatu hari dia akan nyari Pangeran Berkuda Putih di luar sana, sebagai pengganti ayahnya. To feel her void inside. Ya kalau ketemu Pangeran yang bener...? A lot of predator out there....ðŸ‘ŋ

Makanya banyak kasus-kasus kriminalitas macam "grooming." Yaitu om-om dan kakak-kakak mengincar anak gadis di bawah 18 tahun, yang mengalami void figur ayah di jiwanya itu.

Di awal-awal korban akan dipenuhi kebutuhan emosionalnya (alias di grooming dulu). Diperlakukan dengan baik, dimanjakan, dibantu, dilindungi, hingga pelan-pelan korban terikat secara emosi, lalu bisa dimanfaatkan untuk memuaskan nafsu pedofilia mereka.

Waduh. Bagaimana caranya dong? Gue, cowok, suka nggak ngerti gimana ngetrit anak perempuan cewek...

Pernah nonton nggak film How I Met Your Mother? Tahu kan si Robin dianggap anak cowok sama bapaknya sampai dilempar ke luar helikopter untuk survival di hutan? Jangan gitu, tong...itu mah koplak bener, atuh...😂

Korban bapack-bapack terobsesi punya anak laki-laki

Saat bawa dua anak cowok dan cewek naik gunung, ini perbedaan perlakuannya.

Kalau sama anak cowok, fine biarin aja jalan terus mau nyungsep suruh bangun sendiri. Justru kalau berhasil dan dikasih tepuk tangan dia akan merasa hebat.

Kalau sama anak cewek, dia nyungsep, boleh dimotivasi bangun plus, nyamankan juga perasaannya. Bila tetap nggak bisa, pasti akan dibantu. Dilindungi.

Beri jaminan bahwa kalau ada apa-apa pasti ayah akan selalu ada disampingmu. Kalau ada yang ganggu kamu, sampai ujung dunia akan ayah kejar orangnya.

Be the hero. A knight in shining armor. A white horse prince.

So...

Demikianlah sekelumit cerita tentang Pangeran Berkuda Putih.

Kita mungkin nggak suka, tapi dongeng dan legenda apapun biasanya berlandaskan perilaku manusia. Jika bukan, bagaimana itu bisa bertahan dengan pola yang sama hingga berabad-abad

Bagaimana menurutmu?

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.